Bukittinggi, 17 Januari 2025 – Pusat Studi AKAL-FUAD UIN Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi kembali menunjukkan komitmennya dalam memperkuat kapasitas akademik dan riset melalui kegiatan perdana AKAL-FUAD Research Club di tahun 2025. Kegiatan bertajuk Klinik Proposal Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat ini digelar pada Jumat pagi, 17 Januari 2025, di Gedung Egypt Lantai 3, Kampus 2 UIN Bukittinggi. Dimulai pada pukul 09.00 WIB dan berlangsung hingga 11.00 WIB, acara ini berhasil menarik perhatian para dosen dan peneliti yang tergabung dalam lingkungan Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah (FUAD).
Acara ini dibuka dengan sambutan hangat dari Direktur Pusat Studi AKAL-FUAD, Dr. Zulfan Taufik, yang dengan antusias menyampaikan bahwa kegiatan research club menjadi bagian dari program tahunan yang sudah dipersiapkan oleh pusat studi. Selain research club, ada juga kegiatan book club dan movie club yang diharapkan dapat memberikan warna dan semangat baru dalam kehidupan akademik di FUAD. Menurut Dr. Zulfan, tujuan utama dari kegiatan ini adalah untuk memperkuat visi keilmuan yang berbasis pada kajian agama dan kearifan lokal. “Melalui klinik proposal ini, kami berharap bisa membantu para dosen dalam merancang proposal penelitian yang tidak hanya layak dibiayai, tetapi juga relevan dengan perkembangan keilmuandan memiliki dampak nyata bagi masyarakat,” ujar Dr. Zulfan.
Para Narasumber Ahli Berbagi Ilmu dan Pengalaman
Untuk memberikan wawasan yang lebih mendalam kepada peserta, kegiatan ini mengundang dua narasumber ternama di bidang penelitian dan pengabdian masyarakat, yaitu Prof. Dr. Syafwan Rozi, Dekan FUAD sekaligus reviewer Litapdimas Kementerian Agama RI, dan Prof. Dr. Nunu Burhanuddin, Dosen FUAD yang juga berperan sebagai reviewer Litapdimas Kementerian Agama RI.
Dalam materi yang disampaikan, Prof. Nunu Burhanuddin memaparkan beberapa poin penting dalam penyusunan proposal penelitian yang berkualitas. Ia menjelaskan bahwa judul proposal harus singkat, jelas, dan mencerminkan karakteristik riset yang akan dilakukan. “Judul harus menarik perhatian pembaca dan langsung mengarah pada inti permasalahan yang akan dipecahkan dalam penelitian,” tegas Prof. Nunu. Tak kalah penting, latar belakang penelitian harus memiliki konteks yang kuat dan jelas, serta menggambarkan gap riset yang ada. “Penting untuk menunjukkan kejelasan tujuan penelitian serta kontribusinya terhadap pengembangan ilmu pengetahuan,” lanjutnya.
Sedangkan Prof. Syafwan Rozi memberikan penekanan khusus pada urgensi koherensi antara tema riset dan kebijakan strategis yang ada di berbagai level. Ia menjelaskan bahwa setiap penelitian harus memiliki kesinambungan dengan roadmap yang lebih besar, mulai dari kebijakan Diktis Kementerian Agama, arah pengembangan UIN Bukittinggi, hingga visi misi yang dimiliki oleh Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah. “Penting untuk menciptakan keselarasan antara topik penelitian dengan program-program besar yang ada. Ini akan membantu memastikan bahwa riset yang dilakukan bukan hanya relevan secara akademik, tetapi juga berkontribusi langsung pada kebijakan dan perkembangan institusi,” jelas Prof. Syafwan.
Diskusi Dinamis dan Inspiratif
Setelah kedua narasumber memaparkan materi mereka, sesi diskusi pun dimulai dengan antusiasme yang luar biasa. Para peserta, yang sebagian besar merupakan dosen-dosen dari FUAD, berbagi ide dan konsep penelitian yang sedang mereka kembangkan. Dari ide riset terkait pengembangan kajian agama hingga pemanfaatan kearifan lokal dalam konteks modern, berbagai topik menarik diangkat dalam diskusi ini. Peserta kemudian diberi kesempatan untuk mendapatkan masukan langsung dari para narasumber mengenai cara memperkuat dan mempersiapkan proposal mereka agar lebih menarik dan layak didanai.
Diskusi berlangsung hangat, dengan banyak pertanyaan dari peserta yang direspon dengan penuh perhatian dan wawasan oleh Prof. Syafwan dan Prof. Nunu. Tidak hanya memberikan saran tentang substansi riset, kedua narasumber juga memberikan panduan praktis mengenai teknis penulisan proposal yang dapat meningkatkan peluang pengajuan dana penelitian. “Proposal yang baik adalah proposal yang bisa menunjukkan dengan jelas bagaimana penelitian tersebut memberi manfaat bagi masyarakat serta relevansinya terhadap tantangan yang dihadapi saat ini,” ungkap Prof. Nunu.
Semangat untuk Melahirkan Riset yang Bermakna
Kegiatan ini tak hanya membekali peserta dengan ilmu baru, tetapi juga mempererat hubungan antara dosen, peneliti, dan pihak-pihak yang memiliki kepentingan dalam dunia riset dan pengabdian masyarakat. Selain itu, melalui kegiatan ini, Pusat Studi AKAL ingin terus mendorong para dosen untuk lebih produktif dalam menghasilkan karya ilmiah yang bermanfaat bagi masyarakat luas, terutama dalam konteks sosial, agama, dan budaya.
Kegiatan Klinik Proposal Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat ini tidak hanya diharapkan menjadi ajang konsultasi semata, tetapi juga sebagai wadah bagi pengembangan ide-ide riset yang dapat menghasilkan kontribusi nyata bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan pemberdayaan masyarakat. Para peserta pun menyambut baik adanya forum seperti ini, yang memberikan mereka kesempatan untuk berbicara langsung dengan para ahli serta mendapatkan masukan berharga dalam merancang riset yang berkualitas.
Dengan keberhasilan kegiatan perdana ini, Pusat Studi AKAL diharapkan dapat terus menjadi pusat kegiatan akademik yang memberi dampak positif, tidak hanya untuk lingkungan kampus, tetapi juga untuk masyarakat yang lebih luas.