Bukittinggi,– Istana Bung Hatta di Kota Bukittinggi menjadi saksi lahirnya peristiwa penting bagi kerukunan umat beragama di Sumatera Barat, yaitu dengan dikukuhkannya Pengurus Rumah Mediasi Sumatera Barat, Selasa (21/01/25) .
Acara pengukuhan ini merupakan puncak dari program lokalatih mediasi, yang merupakan wujud kolaborasi antara Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah (FUAD) UIN Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi dengan PUSAD Paramadina Jakarta dalam bentuk lokalatih mediasi bersertifikat di Hotel Balcone Bukittinggi pada tahun 2024. Program lokalatih mediasi ini dirancang untuk memperkuat kerukunan masyarakat melalui pendekatan mediasi, yang dianggap metode penyelesaian konflik yang dinilai paling sesuai dengan kebutuhan sosial di tanah air.

Dalam sambutannya, Dekan FUAD UIN Bukittinggi, Prof. Dr. Syafwan Rozi, M.Ag., menegaskan bahwa pengukuhan rumah mediasi ini adalah wujud kontribusi akademisi untuk menghadirkan solusi bagi masyarakat.
“Kehadiran Rumah Mediasi Sumatera Barat merupakan hasil dari kerja keras bersama, dan kami berharap ini menjadi pusat resolusi konflik yang tidak hanya bertujuan menyelesaikan konflik dan sengketa saja melainkan diharapkan juga menjaga dan merawat harmoni di tengah masyarakat yang beragam,” ungkapnya.
Ihsan Ali Fauzi, Direktur PUSAD Paramadina Jakarta, mengapresiasi pendekatan mediasi yang diusung dalam program ini. Menurutnya, mediasi menjadi semakin relevan karena menjunjung prinsip kesetaraan, mencari solusi jangka panjang, dan mengedepankan kerja sama yang efisien dan inklusif. Mediasi, lanjutnya, sangat berbeda dengan pendekatan berbasis hukum yang cenderung memecah-belah karena berujung menang-kalah. Justru, mediasi menciptakan ruang dialog yang memungkinkan pihak-pihak yang berkonflik menemukan kepentingan bersama dalam kondisi yang setara.

Semangat kolaborasi ini juga mendapat dukungan dari pemerintah. H. Syaiful Efendi, Lc., M.A., Ketua DPRD Kota Bukittinggi, dalam sambutannya menyampaikan harapan agar Rumah Mediasi dapat menjadi solusi dalam mengelola konflik yang mungkin muncul di masyarakat. Ia menekankan pentingnya kolaborasi berkelanjutan antara pemerintah, akademisi, dan organisasi masyarakat untuk membangun kerukunan yang kokoh.
Kemudian, Staf Ahli Gubernur Sumatera Barat, Saiful Bahri, S.Sos., M.M., secara resmi mengukuhkan Pengurus Rumah Mediasi Sumatera Barat. Kegiatan ini dihadiri oleh sekitar 100 peserta yang terdiri dari tokoh pemerintahan, akademisi, organisasi keagamaan, mahasiswa, dan masyarakat umum.
Setelah selesai pengukuhan pengurus, kemudian dilanjutkan dengan diskusi publik bertema “Memperkuat Mediasi, Memperkokoh Kerukunan” dengan menghadirkan narasumber dari berbagai latar belakang, yaitu Ismail Al-‘Alam (Peneliti PUSAD Paramadina), Sultanul Arifin (Kepala Komnas HAM Sumatera Barat), Eri Iswandi (Kepala Kemenag Bukittinggi), Aidil Alfin (Ketua MUI dan Wakil Ketua FKUB Bukittinggi). Para pembicara berbagi pengalaman dan pandangan strategis tentang peran mediasi dalam menyelesaikan konflik agama dan membangun harmoni, baik dari perspektif organisasi keagamaan, pemerintahan, maupun tokoh masyarakat.
Pengukuhan ini bukanlah langkah awal, melainkan hasil dari serangkaian program lokalatih mediasi yang telah berjalan hampir satu tahun.
FUAD UIN Bukittinggi bersama PUSAD Paramadina telah menginisiasi kegiatan seperti asesmen, pelatihan mediasi bersertifikat, hingga lokakarya pelembagaan mediasi. Setiap langkah dirancang untuk membangun fondasi yang kokoh, tidak hanya bagi Rumah Mediasi Sumatera Barat, tetapi juga bagi masyarakat yang lebih damai dan harmonis.
Wujud tanggung jawab Tridharma Perguruan Tinggi, FUAD UIN Bukittinggi terus memainkan peran strategis sebagai pilar akademik yang memberikan solusi nyata bagi tantangan sosial di masyarakat. Kolaborasi ini menjadi bukti bahwa melalui kerja sama lintas sektor, impian tentang kerukunan yang berkelanjutan dapat diwujudkan. Rumah Mediasi Sumatera Barat kini hadir sebagai wujud nyata dari harapan tersebut, sebuah simbol optimisme dan dedikasi untuk Sumatera Barat yang lebih damai. (Humas FUAD)