Bukittinggi – Senin (21/04/2025) Dalam suasana khidmat dan penuh semangat akademik, Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah menggelar Yudisium ke-9 yang dihadiri oleh civitas akademika, mahasiswa, serta para tamu undangan. Acara istimewa ini semakin bermakna dengan kehadiran Prof. Dr. Novi Hendri, M.Ag, seorang guru besar dan pemikir dalam bidang Islam dan Moderasi Beragama, yang didapuk untuk menyampaikan orasi ilmiah.
Dengan mengusung tema orasi “Islam: Agama Masa Depan yang Relevan dengan Perubahan Zaman”, Prof. Novi Hendri mengajak seluruh hadirin untuk merenungkan kembali peran Islam di tengah dunia yang terus berubah. Dalam orasinya, beliau menegaskan bahwa Islam bukan hanya agama yang memiliki dasar ilahiyah yang kuat, tetapi juga mengandung nilai-nilai universal yang mampu menjawab tantangan global masa kini dan masa depan.
Melalui pendekatan ilmiah dan reflektif, beliau memaparkan lima kriteria penting yang harus dimiliki oleh agama agar mampu berperan aktif dalam peradaban modern: daya tahan terhadap perubahan zaman, teologi inklusif, etos kerja dan ilmu, keseimbangan antara akal dan hati, serta kesadaran ekologis sebagai khalifah di bumi. Kelima aspek tersebut, menurutnya, termaktub secara utuh dalam ajaran Islam.
Lebih lanjut, Prof. Novi menyampaikan bahwa Islam tidak hadir sebagai agama eksklusif yang terpisah dari dinamika sosial, melainkan sebagai kekuatan transformatif yang inklusif, membawa pesan perdamaian, keadilan, dan kesejahteraan bagi seluruh umat manusia. Dalam konteks perubahan zaman, Islam tetap berdiri kokoh sebagai petunjuk hidup yang adaptif namun tidak kehilangan jati dirinya.
Melalui orasi ini, Prof. Novi Hendri menegaskan bahwa Islam memiliki potensi besar untuk menjadi fondasi moral dan spiritual dalam membangun peradaban masa depan yang lebih manusiawi, adil, dan berkelanjutan.
Agama Masa Depan yang Sesuai dengan Perubahan Zaman Islam, sebagai agama yang secara jelas mendapat perkenan Tuhan, tidak hanya menawarkan petunjuk hidup yang selaras dengan tuntunan Ilahi, tetapi juga dapat menjadi agama yang relevan dan berperan penting di masa depan. Hal ini tercermin dalam ayat-ayat al-Quran yang menegaskan bahwa agama yang diterima di sisi Allah hanyalah Islam, seperti yang tertera dalam Surat Ali Imran ayat 19 dan 83. Namun, sejauh mana Islam dapat diterima oleh umat manusia di dunia yang terus berkembang ini, menjadi pertanyaan yang perlu dijawab.
Setelah melakukan studi banding terhadap beberapa pandangan yang ada, hemat saya paling tidak ada lima kriteria yang harus dimiliki suatu agama jika ia ingin berperan penting di masa depan:
- Agama yang mampu memberi daya tahan bagi penganutnya terhadap goncangan perubahan,
- Agama masa depan adalah agama mampu mengembangkan teologi inklusif, yang menawarkan kebaikan untuk seluruh umat manusia. Sebab dunia masa depan adalah dunia yang pluralistic. Jadi bukan agama yang menganjurkan untuk menebas, membantai setiap orang yang tidak menganutnya
- Agama yang mampu menggerakan etos kerja, etos ekonomi dan etos ilmu pengetahuan. Sebab ketiga etos itu adalah penggerak utama globalisasi dunia saat ini,
- Agama yang mendorong penganutnya untuk mengembangkan intelektual (`aqilat) dan hati Nurani (sya`irat) seimbang, agar penganutnya tidak hanya bergelimang dengan kemewahan material tetapi miskin spiritual dan sebaliknya,
- Agama yang memberikan kesadaran kepada akan posisinya sebagai khalifah fi al-ardh (Wakil Tuhan di Bumi) yang diberikan tanggung jawab untuk memakmurkan dan merawatnya, dan bukan mengeksploitasinya secara sewenang-wenang. Hal ini untuk mengantisipasi krisis lingkungan.
Melihat kelima kriteria tersebut, Islam dapat dianggap sebagai agama yang sangat cocok untuk menghadapi tantangan masa depan. Ajaran-ajaran Islam yang holistik, inklusif, dan berorientasi pada kesejahteraan umat manusia dan alam semesta memberikan landasan yang kokoh untuk peradaban yang lebih baik. Oleh karena itu, Islam tidak hanya agama yang diterima oleh Tuhan, tetapi juga agama yang memiliki relevansi yang sangat tinggi dalam menghadapi perubahan dunia yang terus berkembang.
“Ini menjadi tanggung jawab besar bagi para alumni dan insan akademik untuk menjadi agen perubahan di tengah masyarakat. Mereka harus memiliki kekuatan iman, ketaatan beribadah, karakter moral yang kuat, serta semangat dalam menanamkan nilai-nilai toleransi dan keadilan,” imbuhnya.
Melalui orasi ilmiah ini, Prof. Novi Hendri ingin menggugah kesadaran kolektif bahwa Islam memiliki potensi besar untuk menjadi fondasi moral dan spiritual dalam membangun peradaban masa depan yang lebih manusiawi, adil, dan berkelanjutan.
Acara yudisium kemudian dilanjutkan dengan prosesi pembacaan nama-nama calon wisuda Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah, pembacaan prestasi akademik, serta sambutan Dekan. Para alumni diharapkan mampu menjadi duta-duta Islam yang membawa semangat perubahan dan pencerahan di tengah masyarakat.