Bukittinggi – Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah (FUAD) UIN Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi menegaskan komitmennya dalam pengembangan ilmu yang responsif terhadap realitas kebangsaan melalui riset dan diseminasi keilmuan. Komitmen ini tercermin dalam Diseminasi Serial ke-7 yang digelar LP2M UIN Bukittinggi pada Jumat (22/8/2025), menghadirkan Dr. Zulfan Taufik, MA.Hum., dosen FUAD, sebagai narasumber utama dengan paparan berjudul “Literasi Keagamaan dalam Prakarsa Bina Damai Pemuda Lintas Agama di Indonesia.”
Dalam presentasinya, Zulfan memaparkan temuan riset yang menyoroti peran strategis pemuda lintas iman sebagai penggerak perdamaian di tengah keragaman agama, budaya, dan etnis. Penelitian ini dilakukan oleh tim yang terdiri dari dua dosen FUAD, Dr. Zulfan Taufik, MA.Hum., dan Vivi Yulia Nora, M.Si., dengan dukungan pendanaan dari BOPTN UIN Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi tahun 2023.
Riset ini menggunakan pendekatan kualitatif berbasis studi multi-lokasi untuk memahami bagaimana komunitas pemuda lintas iman membangun literasi keagamaan dalam upaya perdamaian. Penelitian lapangan dilakukan di lima kota: Padang, Mataram, Yogyakarta, Denpasar, dan Manado, yang merepresentasikan keragaman konteks sosial-keagamaan Indonesia. Data dikumpulkan melalui observasi langsung, wawancara mendalam, analisis dokumen, dan partisipasi aktif dalam forum lintas iman.
“Literasi keagamaan bukan sekadar pengetahuan doktrinal, melainkan kemampuan membangun empati, mengikis stereotip, dan menciptakan ruang perjumpaan lintas iman,” tegas Zulfan. Ia menjelaskan bahwa pemuda tidak lagi dapat dipandang hanya sebagai korban konflik atau pemicu ketegangan. Temuan lapangan menunjukkan mereka justru tampil sebagai penggerak ruang dialog dan kolaborasi kreatif melalui diskusi komunitas, seni kolaboratif, hingga kampanye di media sosial.
Di tengah arus polarisasi dan menguatnya politik identitas, pemuda lintas iman ini memanfaatkan pendekatan dialogis dan kultural untuk merawat kebersamaan. “Mereka bergerak dengan visi kebangsaan dan komitmen moral yang kuat. Praktik everyday peacebuilding yang mereka lakukan mengajarkan bahwa perdamaian bukan hanya hasil perjanjian politik, tetapi lahir dari keseharian yang penuh perjumpaan,” tambah Zulfan.
Meski demikian, inisiatif ini tidak bebas hambatan. Keterbatasan dukungan pendanaan, keterbatasan ruang, serta stigma dari kelompok intoleran masih menjadi tantangan serius. Untuk itu, Zulfan mendorong integrasi literasi keagamaan dalam kebijakan pendidikan dan program kepemudaan, serta dukungan institusional melalui jejaring perguruan tinggi dan organisasi masyarakat sipil.
Kegiatan diseminasi yang digelar di ruang pertemuan virtual zoom ini berlangsung hangat dan interaktif. Diskusi berkembang dengan pertanyaan kritis dari para peserta yang terdiri atas dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa. Beberapa menyoroti pentingnya integrasi literasi keagamaan dalam kurikulum pendidikan, sementara lainnya menekankan penguatan jejaring pemuda lintas iman di daerah.
Ketua LP2M, Dr. Muhiddinur Kamal, M.Pd., dalam sambutannya menegaskan bahwa forum ini bukan sekadar ruang presentasi, tetapi sarana menghubungkan riset dengan kebutuhan nyata masyarakat. “Hasil penelitian tidak boleh berhenti di jurnal ilmiah. Diseminasi seperti ini adalah upaya konkret agar temuan para dosen memberi dampak sosial yang lebih luas,” ujarnya. Ia juga mendorong agar tradisi diseminasi terus dijaga, karena memperkuat budaya akademik yang produktif dan aplikatif.
Melalui Diseminasi Serial ke-7 ini, FUAD UIN Bukittinggi kembali menunjukkan kiprah nyata dalam mengintegrasikan kajian keilmuan dengan praksis sosial. Dengan penguatan literasi keagamaan, fakultas ini berharap lahir generasi pemuda yang mampu menjadi agen transformasi sosial yang menanamkan nilai-nilai perdamaian di ruang publik.