FUAD IAIN BUKITTINGGI, Magister AFI – Selenggarakan Studium Generale tingkat nasional, S2 AFI IAIN Bukittinggi undang pakar filsafat Islam Dr. Fahruddin Faiz, M. Ag. Dihadiri berbagai kalangan dengan tema yang diangkat “Filsafat Jalan Tengah” (22/03/22).
Tradisi Studium Generale menjadi keniscayaan untuk sebuah kampus yang notabene tempat berkumpulnya insan akademis. Prodi S2 AFI IAIN Bukittinggi dalam rangka menyambut semester ganjil tahun ajaran 2022 adakan Studium Generale. Narasumber kredibel dihadirkan langsung dari pakar filsafat Islam Dr. Fahruddin Faiz, M. Ag. Selain pakar filsafat Islam, ia juga seorang dosen pengajar filsafat di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, juga sekaligus pengasuh “Ngaji Filsafat” yang ceramahnya bisa di-search di YouTube.
Tema yang diangkat “Filsafat Jalan Tengah” dipaparkan 3 jam melalui Zoom Meeting, mulai jam 9 pagi dan berakhir jam 12 tengah hari waktu Indonesia barat. Fahruddin Faiz menguraikan panjang lebar terkait “Filsafat Jalan Tengah”. “Jalan Tengah” disini dijelaskan antara filsafat barat dan filsafat timur. Dijelaskan Fahruddin bahwa filsafat barat terlalu mengandalkan logika dan rasional berakibat dehumanisasi, sedangkan filsafat timur terfokus intuisi akibatnya passive-decadence. Sebagaimana dipaparkan tentang beda filsafat barat dan timur;
- Timur; Menyesuaikan diri dengan alam, Barat; Menguasai alam
- Timur; Spiritual-Mistis, Barat; Rasional-Empiris
- Timur; Emosioal-Intuitif, Barat; Rasional-Analitik
- Timur; Ketenteraman-Kemapanan,Barat; Dinamika-Perkembangan
- Timur; Total-Puitis, Barat; Parsial-Deskriptif
Dari 5 poin perbedaan filsafat barat dan timur, Fahruddin menyimpulkan posisi filsafat barat dan filsafat timur dengan sebutan Extreme Position (Passive-Decadence) untuk filsafat timur, dan Extreme Position (Dehumanisasi) bagi filsafat barat.
Tema “Filsafat Jalan Tengah” dihadirkan dalam Studium Generale Prodi S2 AFI IAIN Bukittinggi kali ini, dilatarbelakangi perkembangan pesat tekonologi informasi. Sehingga semua orang bisa mengakses segala-informasi dengan ragam dan jenis yang begitu banyak. Sangat dimungkinkan jika informasi tersebut membawa pesan-pesan yang jika tidak diolah secara baik dan perenungan panjang akan bisa melahirkan pemikiran-pemikiran parsial dan bermuara kepada pemahaman ekstrim. Pemahaman ekstrim bisa mengoyak sendi-sendi kehidupan manusia baik dalam tatanan sosial, negara maupun agama.
“Di era banjir informasi saat ini, menjadi seorang ekstremis merupakan suatu godaan besar. Orang akan dengan mudah terjebak ke dalam pemikiran hitam atau putih dalam banyak hal, sesuai dengan versi informasi dan keyakinan yang mereka terima. Tidak perlu berpikir mendalam untuk memutuskan sesuatu. Mereka kemudian menjadi jahat terhadap perbedaan pemikiran, keyakinan, pandangan politik, termasuk dalam beragama. Untuk terhindar dari lingkar ekstremisme tersebut, kita dapat belajar dari tradisi-tradisi besar dalam sejarah pemikiran filsafat yang telah mapan, baik di dunia Timur maupun Barat,” ungkap Zulfan, Kaprodi S2 AFI IAIN Bukittinggi sekaligus host Studium Generale Filsafat Jalan Tengah.
Tujuan Studium Generale diadakan, 1) Memberikan pemahaman kepada mahasiswa tentang wacana filsafat jalan tengah dalam berbagai tradisi pemikiran, 2) memberikan kerangka teoritis kepada mahasiswa untuk dapat menganalisis isu-isu moderasi beragama di masyarakat.
Terselenggaranya Studium Generale “Filsafat Jalan tengah” juga merupakan implementasi kerjasama akademik FUAD IAIN Bukittinggi dengan Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Terakhir, Zulfan Taufik berharap kegiatan semacam ini terus digiatkan untuk menyuplai pengetahuan dari pakar kepada terutama mahasiswa S2 AFI IAIN Bukittinggi. Dengan ada pertukaran pikiran akademis daari berbagai narasumber tentu berimplikasi kepada pengetahuan mahasiswa yang dinamis dan progresif.
“Kegiatan ini memang sudah menjadi tradisi dan kegiatan terjadwal secara akademik di S2 AFI IAIN Bukittinggi. Dengan adanya Studium Generale ini semoga ada pertukaran ide dan pikiran dari berbagai narasumber bersama mahasiswa dalam forum ilmiah ini. Karena kita tahu tantangan mahasiswa selaku insan akademis saat sekarang cukup kompleks, sehingga perlu memacu pengetahuan mereka dan kemampuan analisis dalam menjawab dan memberikan solusi dalam konteks isu-isu terkini,” tutup Zulfan. (MF)