Bukittinggi, 5 Mei 2025 – Laila Rahmi, mahasiswa Program Studi Sosiologi Agama Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah Universitas Islam Negeri (UIN) Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi, tampil sebagai salah satu presenter dalam ajang International Research Forum yang digelar bersama Universiti Teknologi Malaysia (UTM). Kegiatan ilmiah ini berlangsung di Gedung S Kampus UIN Bukittinggi pada Senin (5/5/2025) dan menjadi bagian dari kolaborasi riset lintas negara antara kedua institusi.
Dalam forum tersebut, Laila mempresentasikan makalah berjudul “Artificial Intelligence dan Transformasi Religiusitas: Kajian Sosiologi Agama terhadap Relasi Manusia dan Teknologi Cerdas”. Melalui presentasi ini, Laila mengangkat isu yang kian relevan di era digital, yakni bagaimana kecerdasan buatan (AI) membentuk ulang pengalaman keagamaan umat beragama.
Makalah tersebut mengeksplorasi peran AI sebagai agen yang turut memediasi praktik keagamaan, otoritas religius, serta konstruksi identitas spiritual dalam masyarakat. Dengan pendekatan teori sekularisasi, teori mediasi teknologi, dan konstruksi sosial atas realitas, Laila menyoroti transformasi signifikan yang terjadi melalui penggunaan AI dalam aplikasi fatwa digital, chatbot keagamaan, hingga liturgi virtual.
“AI bukan sekadar alat teknologi, tetapi telah menjadi aktor sosial baru dalam ruang keagamaan kontemporer. Ia membuka akses luas terhadap pengetahuan agama, namun sekaligus memunculkan tantangan terhadap otentisitas, otoritas, dan spiritualitas tradisional,” jelas Laila dalam pemaparannya.
Forum ini dihadiri oleh Rektor UIN Bukittinggi Prof. Dr. Silfia Hanani, Wakil Rektor III Dr. Edi Rosman, Kepala International Office Dr. Irwandi, serta dosen dan mahasiswa dari UIN Bukittinggi dan UTM Malaysia. Kehadiran mereka menegaskan pentingnya forum riset ini sebagai wadah pertukaran ide dan gagasan ilmiah.
Kepala International Office, Dr. Irwandi, mengungkapkan bahwa forum ini merupakan bagian dari program Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) yang berada di bawah pembinaan terpadu antara Pusat Hubungan Internasional dan Fakultas. “Kegiatan seperti ini penting untuk membangun tradisi ilmiah di kalangan mahasiswa, memperluas jaringan akademik, serta menunjukkan kontribusi mereka dalam wacana keilmuan global,” ungkapnya.